11.56 pm

gabie 🐰🪐
2 min readMay 4, 2021

Jam menunjukan hampir pukul 12 malam, namun kami masih saja mengobrol dengan ria tanpa mempedulikan bahwa ini sudah larut. Ini adalah rutinitas biasa bagi kami, sehabis bermain kami selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul dan berbincang ditengah kesibukan kami dalam mengumpulkan pundi-pundi rejeki.

Dan perbincangan selalu saja sama, seputar duniaku di akhiran sebelum kami akhirnya kembali kerumah atau apartemen masing-masing.

“Jadi, gimana? Kan sudah lama sama dia-” salah satu temanku selalu membuka pertanyaan seperti itu setiap kali ingin membahas kehidupan percintaanku. “Kapan kalian akan serius..”

Sebelum aku membuka mulut, salah satu dari mereka menyahut “Maksudnya kapan kalian akan menikah?”

Mereka tahu bahwa jawabanku adalah selalu sama setiap ditanya dengan pertanyaan ‘Kapan kalian akan serius...’ dan hari ini mereka lebih mempertegas apa yang dimaksud.

Aku hanya tersenyum sambil memakai jaketku. Berulang kali aku tidak menjawab dan hanya berkilah karena aku belum mau menceritakan keseriusan ku kepada mereka, mungkin takut bahwa mereka akan mengejekku. Namun beberapa minggu belakangan ini, hal itu terus terpikir dibenakku.

Kapan?

Tunggu apa lagi?

“Tahun ini..” Kataku pelan seperti itu bukanlah hal yang besar. Kuharap mereka tidak mendengar jawabanku, namun semua aktivitas mereka terhenti dan yang biasanya tidak bisa diajak serius pun ikut terdiam mendengarnya.

Pertama kalinya aku tidak menunduk atau menepis pertanyaan dari mereka. Dan reaksi yang kudapat adalah sesuai dengan apa yang ada dibenakku.

“Kenapa? Kok kaget?” Aku terkekeh sedikit melihat semua temanku terdiam. “Tahun ini, aku akan melamarnya...” Jawabku enteng. Kedengarannya mudah namun percayalah, didalam otakku semuanya yang tadinya gelap sudah menemui titik terang.

Wajah mereka sekarang adalah wajahku ketika aku pertama kali memutuskan bahwa aku akan melamarnya. Mendengarnya sendiri saja di otakku membuatku bengong.

Namun sekarang aku baik-baik saja.

“Hah...”

“Tahun ini,” Ulangku lagi dengan sabar, sepertinya mereka masih belum sadar atau harus mendengarnya sekali lagi dari mulutku agar mereka percaya bahwa ini nyata. “Aku akan melamarnya. And I need all your help...” []

--

--