Tidak.

gabie 🐰🪐
3 min readJun 2, 2021

“kamu tidak bisa bilang ‘tidak’ ya sama aku?” aku hanya bertanya ketika kami sedang bermain mario kart bersama. ini hanya pertanyaan acak yang biasa kulontarkan kepadanya dan dia juga sudah terbiasa dengan hal itu.

“hm…” hanya itu yang keluar dari mulutnya, entah memang dia malas menjawab atau sedang serius bermain. aku menekan tombol ‘pause’ pada stik-ku dan membuatnya sedikit terkejut. “hey…”

“jawab dulu,” ujarku lagi, “memang tidak bisa atau kamu malas menanggapiku dan tidak mau berdebat?” dia kelihatan masih ingin bermain namun diletakan juga stik nya.

“aku tidak memiliki alasan untuk berkata ‘tidak’- so…”

aku tidak percaya kepadanya. aku tahu dia orang yang keras kepada orang yang lain dan bukannya aku suka mencobai-nya dengan meminta apapun, tapi dia sama sekali sepanjang ingatanku berkata ‘tidak’ jika aku ingin sesuatu atau ketika aku memintanya untuk melakukan sesuatu untukku. teman-temanku bilang bahwa dia aneh begitu baik kepadaku, dan tidak sekali dua kali mereka suka meledekku, namun semuanya selalu kutepis dengan pertanyaan kami hanyalah teman.

“kalau begitu, besok temani aku keliling sampai tengah malam…”

“okay…” katanya tanpa berpikir, dia menekan tombol ‘play’ lagi pada stik nya dan kami mulai bermain lagi. aku hanya menatapnya yang kembali serius menatap layar. “ayo, mau main lagi tidak?” katanya menungguku untuk serius kembali bermain.

akhirnya aku kembali menatap layar dan menekan tombol tombol pada stik sehingga karakterku bisa bermain melawannya.

“besok aku juga mau pinjam sweatermu…”

“yang mana…”

“yang putih, yang baru kamu beli….”

dia berdecak sedikit, “hati-hati pakainya, itu kan putih, tahu sendiri kau ceroboh- nanti kotor…”

tetap saja dia tidak bilang ‘tidak’.

sepanjang permainan aku berpikir bagaimana caranya supaya dia bilang tidak sekali saja. aku tidak mau berdebat dengannya dan aku juga tidak tahu mengapa aku mencari gara-gara seperti ini, tapi memang sedikit aneh karena dia bersikap begitu baik terhadapku.

kalau saja teman-teman wanitaku tidak memberitahuku jika sikapnya sedikit berbeda ketika dia bersamaku, mungkin aku tidak akan pernah sadar akan hal itu.

aku tidak begitu memikirkan hal itu sebenarnya, karena kupikir kami teman sedari kecil dan itu hal yang wajar, dia bersikap baik kepadaku, dan mungkin juga karena kupikir aku adalah teman wanita nya. sudah seharusnya dia bersikap lebih lembut ketimbang dengan teman-teman lelakinya.

“ya, tapi apakah kau lihat dia punya teman wanita lain selain kau?”

aku teringat salah satu dari mereka pernah bertanya seperti ini kepadaku dan aku terdiam.

tidak, selama yang aku ingat. jawabannya adalah tidak.

banyak yang kagum terhadapnya, dan tidak sedikit juga yang menyatakan perasaannya kepadanya, namun seingatku dia tidak pernah menceritakan tentang wanita lain.

“sungyoon,” aku berbicara lagi, matanya tidak berpaling dari layar namun aku tahu dia menunggu apa yang akan aku katakan berikutnya, “do you love me?”

aku tidak tahu apa yang aku pikirkan sampai aku bisa mengatakan hal seperti itu kepadanya. sebagian dari diriku hanya ingin memancingnya untuk berkata ‘tidak’, namun sebagian lagi seperti mengutarakan apa yang semua orang tanyakan kepadaku, dan mungkin juga kepadanya. sebab aku selalu teringat bagaimana sahabatnya juga suka meledeknya setiap kali kami bersama.

tidak ada jawaban sama sekali dan dia berdehem, namun matanya masih tidak berpaling dari layar, jari-jarinya juga masih sibuk bermain, masih berusaha untuk mengalahkanku didalam permainan. aku tidak berani menekan tombol ‘pause’ karena detik-detik sudah berganti menjadi menit semenjak pertanyaan tersebut dilontarkan, dan masih tidak ada jawaban sama sekali.

aku yang tadinya hanya bercanda, merasa menjadi canggung namun aku tetap berpura-pura bermain walau hatiku mulai bertanya-tanya apakah jawaban dia sebenarnya. menit-menit berlalu dan dia masih diam saja, suasana menjadi lebih hening daripada sebelumnya. aku yang sebelumnya riang menggodanya, juga ikutan diam seribu bahasa karena dia sama sekali tidak bergeming, menoleh kearahku pun tidak.

seperti sudah dilupakan pertanyaan terakhirku, kami bermain dalam diam tanpa suara, aku tidak bisa membaca ekspresi wajahnya dan sejujurnya aku juga takut untuk sekedar menoleh untuk membaca wajahnya.

apakah aku sudah kelewat batas? apakah dia sudah mulai lelah denganku?

apakah dia tidak mau menjawab karena jawabannya adalah ‘tidak’ dan dia tidak mau membiarkan dirinya ‘kalah’?

atau mungkin….

aku menggelengkan kepalaku sesaat, tidak mau memikirkan kemungkinan yang satunya lagi karena aku sadar betapa lucunya hal itu.

tidak.

kataku kepada diriku sendiri.

tidak.

--

--